Tugas Besar

Smart Trash





1. Pendahuluan
[Kembali]

    Manusia merupakan makhluk hidup yang menginginkan segala sesuatu yang tampak bersih dan indah, salah satunya kebersihan lingkungan. Banyak manusia yang sadar dan banyak pula yang belum sadar akan kepeduliannya terhadap kebersihan lingkungan disekitarnya, hal tersebut dapat direfleksikan seperti masih banyaknya sampah yang berceceran di jalan dan juga di taman kota. Keadaan tersebut tentunya meresahkan bagi pengguna fasilitas publik.
   Tempat sampah yang sudah disediakan oleh instansi kebersihan hanya menjadi hiasan bisu dijalanan yang tidak terurus dan tidak menarik. Mungkin hal tersebut juga menjadi faktor yang menyebabkan manusia enggan untuk membuang sampah. Berkaca dari hal tersebut kesadaran setiap individu akan kebersihan lingkungan sangat diperlukan dan lebih ditingkatkan.
   Dalam meningkatkan kesadaran akan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan, kadang memerlukan cara yang unik agar tiap-tiap individu tertarik, sehingga tak segan untuk membuang sampah pada tempatnya. Cara unik tersebut yaitu dengan membuat Tempat Sampah Pintar “Smart Trash Bin”. Ini adalah sebuah tempat sampah pintar untuk sampah kering yang tutup tempat sampahnya dapat terbuka sendiri dan ketika sampah sudah dimasukkan serta tutup tempat sampah tertutup dengan sendirinya, sesaat itu pula akan menyampaikan sebuah pesan tentang menjaga lingkungan yaitu “Terima kasih karena telah membuang sampah pada tempatnya. Jaga selalu lingkungan disekitar anda.”

2. Tujuan [Kembali]

  1. Untuk menyelesaikan tugas besar mikrokontroler yang diberikan oleh Bapak Dr. Darwison, M.T.
  2. Mengetahui komponen yang digunakan dalam membuat rangkaian pada tugas besar
  3. Mengetahui prinsip kerja dari rangkaian

3. Alat dan Bahan [Kembali]

Alat :

    1. Power Suply

spesifikasi :
Input voltage: 5V-12V
Output voltage: 5V
Output Current: MAX 3A
Output power:15W
conversion efficiency: 96%

    2. Voltmeter

    
    Bahan :

a. Arduino Uno




b. Sensor Infrared

    

c. Sensor PIR

Spesifikasi: 

    • Input Voltage: DC 4.5-20V
    • Static current: 50uA
    • Output signal: 0,3V (Output high when motion detected)
    • Sentry Angle: 110 degree
    • Sentry Distance: max 6/7 m
    • Shunt for setting overide trigger: H - Yes, L - No

d. Sensor Flame

Spesifikasi :
- Jangkauan spektrum : 760 - 1100 (nm)
- Sudut yang terdeteksi : 0° - 60°
- Catu Daya : 3,3V - 5,3V
- Temperatur Kerja : -25°C sampai 85°C
- Dimensi : 27,3 x 15,4 (mm





e. LCD + I2C



f. Relay



Spesifikasi tipe relay: 5VDC-SL-C
Tegangan coil: DC 5V
Struktur: Sealed type
Sensitivitas coil: 0.36W
Tahanan coil: 60-70 ohm
Kapasitas contact: 10A/250VAC, 10A/125VAC, 10A/30VDC, 10A/28VDC
Ukuran: 196154155 mm
Jumlah pin: 5
Pin Relay:













g. Dioda (1N4007)
















  h. Kabel

General Reference Standards 
  • DIN VDE 0295, IEC 60228, BS 6360
  • DIN EN 50290‐2‐22, DIN VDE 0207‐363‐4‐1 
  • IEC 60227‐5, EN 50525‐2‐51, VDE 0281‐13
  • DIN VDE 0482‐332‐1‐2, DIN EN 60332‐1‐2, IEC 60332‐1‐2 
  • RoHS, REACH & CE Directives

i. OPAMP




  







Spesifikasi :
  • Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
  • Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
  • Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
  • Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
  • Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
  • Karakteristik tidak berubah dengan suhu
  j. Buzzer

Buzzer Features and Specifications

  • Rated Voltage: 6V DC
  • Operating Voltage: 4-8V DC
  • Rated current: <30mA
  • Sound Type: Continuous Beep
  • Resonant Frequency: ~2300 Hz 
  • Small and neat sealed package
  • Breadboard and Perf board friendly


4. Dasar Teori [Kembali]

1. Battery













Baterai atau elemen kering adalah salah satu alat listrik yang berfungsi sebagai penyimpan energi listrik dan mengeluarkan tegangan dalam bentuk listrik (sebagai sumber tegangan). Simbol baterai pada suatu rangkaian listrik dengan tegangan DC atau rangkaian elektronika :


Pada umumnya baterai terdiri dari tiga komponen yang penting yaitu :
1. Batang karbon (C) sebagai anode (kutub positif baterai).
2. Seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
3. Amonium dioksida (NH4CI) sebagai larutan elektrolit (penghantar)

Terdapat dua jenis baterai yaitu :
1. Baterai Primer 
Baterai adalah baterai yang hanya dapat digunakan sekali, menggunakan reaksi kimia yang tidak dapat dibalik (irreversible reaction).  pada umumnya dijual adalah baterai yang bertegangan listrik 1,5 volt.
2. Baterai Sekunder
Baterai sekunder atau biasanya disebut rechargeable battery adalah baterai yang dapat di isi ulang menggunakan reaksi kimia yang bersifat dapat dibalik (reversible reaction) biasanya digunakan pada telepon genggam.
Adapun salah satu persamaan menghitung tegangan adalah :

P = V x I
Keterangan :
P  = Daya (W)
V = Tegangan yang terukur (V)
I   = Arus yang terukur (I)

    2. Sensor Infrared





  





Infrared (IR) detektor atau sensor infra merah adalah komponen elektronika yang dapat mengidentifikasi cahaya infra merah (infra red, IR). Sensor infra merah atau detektor infra merah saat ini ada yang dibuat khusus dalam satu modul dan dinamakan sebagai IR Detector Photomodules. IR Detector Photomodules merupakan sebuah chip detektor inframerah digital yang di dalamnya terdapat fotodiode dan penguat (amplifier).
Sensor infared terdiri dari led infrared sebagai pemancar sedangkan pada bagian penerima biasanya terdapat foto transistor, fotodioda, atau inframerah modul yang berfungsi untuk menerima sinar inframerah yang dikirimkan oleh pemancar.

Prinsip Kerja Sensor Infrared


Ketika pemancar IR memancarkan radiasi, ia mencapai objek dan beberapa radiasi memantulkan kembali ke penerima IR. Berdasarkan intensitas penerimaan oleh penerima IR, output dari sensor ditentukan.


Prinsip kerja rangkaian sensor infrared berdasarkan pada gambar 2. Adalah ketika cahaya infra merah diterima oleh fototransistor maka basis fototransistor akan mengubah energi cahaya infra merah menjadi arus listrik sehingga basis akan berubah seperti saklar (swith closed) atau fototransistor akan aktif (low) secara sesaat seperti gambar 3:



Grafik Respon Sensor Infrared



Grafik menunjukkan hubungan antara resistansi dan jarak potensial untuk sensitivitas rentang antara pemancar dan penerima inframerah. Resistor yang digunakan pada sensor mempengaruhi intensitas cahaya inframerah keluar dari pemancar. Semakin tinggi resistansi yang digunakan, semakin pendek jarak IR Receiver yang mampu mendeteksi sinar IR yang dipancarkan dari IR Transmitter karena intensitas cahaya yang lebih rendah dari IR Transmitter. Sementara semakin rendah resistansi yang digunakan, semakin jauh jarak IR Receiver mampu mendeteksi sinar IR yang dipancarkan dari IR Transmitter karena intensitas cahaya yang lebih tinggi dari IR Transmitter.

3. Sensor PIR


Sensor PIR atau disebut juga dengan Passive Infra Red merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah dari suatu object. Sesuai dengan namanya sensor PIR bersifat pasif, yang berarti sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah melainkan hanya dapat menerima radiasi sinar infra merah dari luar. Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  • Fresnel Lens -->Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar. Penggunaan paling luas pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan mobil, di mana mereka membiarkan berkas parallel secara kasar dari pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi persyaratan pola sorotan utama. 
  • IR Filter -->IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
  • Pyroelectric Sensor -->Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik.
  • Amplifier -->Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material pyroelectric.
  • Komparator-->Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh komparator sehingga mengahasilkan output.

Blok Diagram sensor PIR
 
Sensor PIR memiliki jangkauan jarak yang bervariasi, tergantung karakteristik sensor. Proses penginderaan sensor PIR dapat digambarkan sebagai berikut:
 
Jangkauan Sensor PIR

Pada umumnya sensor PIR memiliki jangkauan pembacaan efektif hingga 5 meter, dan sensor ini sangat efektif digunakan sebagai human detector.


4. Arduino Uno
     Arduino merupakan modul atau kit mikrokontroler yang bersifat sumber terbuka baik piranti keras maupun piranti lunaknya. Pengertian awam, Arduino merupakan komputer kecil yang dapat di program untuk memproses masukan dan luaran antara modul itu sendiri dengan komponen eksternal yang dihubungkan dengannya. Arduino memiliki kompilator program tersendiri menggunakan bahasa C++ yang dilengkapi dengan program pustaka yang memudahkan para pengguna untuk merancang suatu program. Perangkat kerasnya terdiri dari pengendali yang memiliki desain sederhana dengan Atmel AVR sebagai pengolah utama dan pintu masukan serta luaran yang langsung terpasang pada papan utamanya.
     Beberapa macam jenis Arduino dijual dipasaran, salah satunya Arduino Uno dengan tipe terbaru yaitu Arduino Uno R3. Modul ini memiliki 14 pin masukan/luaran (yang mana 6 dapat digunakan sebagai PWM output), 6 analog input, keramik resonator 16MHz, koneksi USB, power jack, header ICSP, dan tombol reset, memuat semua yang dibutuhkan untuk mendukung mikrokontroler. Arduino R3 dapat dihubungkan langsung ke komputer dengan kabel USB atau dengan mencatu dengan catu daya.

 
Gambar 1 Arduino Uno


5. HC SR-04
Sensor HC SR-04 merupakan salah satu sensor yang digunakan untuk mendeteksi jarak. Berbeda dengan sensor jarak yang menggunakan inframerah, pada sensor HC SR-04 menggunakan sebuah gelombang ultrasonik sebagai pendeteksinya. Memanfaatkan pancaran gelombang ultrasonik dengan frekuensi 40Hz dengan bentuk gelombang cincin yang akan membentuk sudut 15° dari pusat pancaran yang kemudian ditangkap kembali untuk diproses guna mengetahui jarak yang dideteksi.

 
Gambar 2 Gelombang Ultrasonik HC SR-04.

Dengan jarak pembacaan jarak dari 2cm hingga 400cm, pembacaan jarak akan sesuai dengan kenyataan apabila menggunakan rumus perhitungan yang tertera pada datasheet HC SR-04 yaitu cm = uS/58 atau inch = uS/148.

 
 Gambar 3 Pengaktifan Trigger HC SR-04.

Sesuai pada gambar di atas pengaktifan trigger pada sensor HC SR-04 harus disesuaikan dengan anjuran dari datasheet, bahwa cukup mengaktifkan trigger selama 10 uS kemudian dinonaktifkan hingga proses pemancaran gelombang ultrasonik dari transmitter lalu ditangkap oleh receiver/echo selesai. Proses tersebut dianjurkan berlangsung selama 60mS agar proses pembacaan tidak lebih/kurang, sehingga nilai yang akurat didapatkan.

 
Gambar 4 Modul Sensor HC SR-04.

6. Sensor Flame

Salah satu detektor yang memiliki fungsi terpenting adalah detektor api atau yang biasa disebut dengan Flame Detector yang mampu mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang berisiko menyebabkan bencana kebakaran. Namun, saat memilih Flame Detector, pengguna diharuskan telah benar-benar paham atas prinsip dari alat detektor tersebut dan meninjaunya demi mendapatkan Flame Detector yang sesuai dengan aktivitas di dalam lokasi dan tingkat kebutuhannya, serta bagaimana konsekuensi risiko yang mungkin terjadi.
Prinsip Flame Detektor tersebut menggunakan metode optik yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi percikan api atau flame. Reaksi intens bahan yang memicu kebakaran dapat ditandai dari UV, terlihatnya emisi karbondioksida, dan radiasi dari infrared. Flame Detector juga mampu membedakan antara False Alarm atau peringatan palsu dengan api kebakaran sungguhan melalui komponen sistem yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.
Tingkat potensi risiko kebakaran dari setiap jenis bahan semakin meluas mengingat semakin canggihnya teknologi penginderaan api atau teknologi Flame Sensing. Pada umumnya bahan bakar industri yang tergolong mudah terbakar antara lain: bensin, hidrogen, belerang, alkohol, LNG/LPG, minyak tanah, kertas, disel, kayu, jet bahan bakar, tekstil, ethylene, dan pelarut.

Gambar : Grafik Respon Flame Sensor

7 Microswitch
Microswitch merupakan salah satu jenis saklar SPDT atau sebuah saklar yang mempunyai satu buah kutub utama, yang biasa digunakan sebagai sumber dan dua terminal sebagai keluaran dengan pilihan. Keluaran pilihan yang dimaksud pada microswitch yaitu Normally Close (NC) atau kondisi awal tertutup dan Normally Open (NO) atau kondisi awal terbuka.
Pada microswitch apabila tertekan akan berpindah kekeadaan lain/berbeda dan apabila dilepas maka akan kembali kekeadaan awal, sebagai contoh posisi awal pada NO (terputus) saat ditekan akan berpindah pada NC (terhubung) dan saat dilepas akan kembali pada NO.

 
Gambar 5 Saklar Microswitch.

8. OPAMP

Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional. Terminal yang terdapat pada Simbol Op-Amp (Operational Amplifier/penguat operasional) diantaranya adalah :

  1. Masukan non-pembalik (Non-Inverting) +
  2. Masukan pembalik (Inverting) –
  3. Keluaran Vout
  4. Catu daya positif +V
  5. Catu daya negatif -V
Karakteristik Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp pada umumnya ditentukan oleh Resistor Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input pembalik (Inverting Input). Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative Feedback) ini biasanya disebut dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi Lingkar Tertutup.  Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga besarnya tegangan output hampir atau mendekati tegangan Vcc.
Konfigurasi Op-Amp (Closed loop and Open Loop)
  Spesifikasi :

Respons karakteristik kurva I-O:



9. LED
   LED (light emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang mampu memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai. Sama seperti dioda normal, Led terdiri dari sebuah chip yang diisi penuh, atau didopping untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut P-N Junction. Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya bergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk P-N junction.

 
Gambar 8 Light Emitting Diode.

    Tak seperti lampu pijar atau neon, Led memiliki kecendrungan pada polarisasinya. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (P-N) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengalirkan arus listrik dari satu arah dan tidak berbalik. Karakteristik chip LED pada umumnya sama dengan karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk dapat beroperasi. Namun, bila diberi tegangan yang terlampau besar , LED akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju.

10. Relay









Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :

  1. Electromagnet (Coil)
  2. Armature
  3. Switch Contact Point (Saklar)
  4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :Struktur dasar Relay

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

  • Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
  • Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan menjadi :

  • Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
  • Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
  • Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
  • Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :Jenis relay berdasarkan Pole dan Throw


5. Percobaan [Kembali]

    a. Prosedur[Kembali]
  1. Download library yang diperlukan pada bagian download dalam blog.     
  2. Buka proteus yang sudah diinstal untuk membuat rangkaian.
  3. Tambahkan komponen seperti Arduino, sensor, dan perangkat lainnya lalu susun menjadi rangkaian.
  4. Buka Arduino IDE yang sudah diinstal.
  5. Di Arduino IDE, pergi ke menu "File" > "Preferences".Pastikan opsi
  6. "Show verbose during compile" dicentang untuk mendapatkan informasi detail saat kompilasi.
  7. Salin kode program Arduino pada blog kemudian tempelkan program tadi ke Arduino IDE.
  8. Kompilasikan kode dengan menekan tombol "Verify" di Arduino IDE.
  9. Cari dan salin path file HEX yang dihasilkan selama proses kompilasi.
  10. Kembali ke Proteus dan pilih Arduino yang telah Anda tambahkan di rangkaian.
  11. Buka opsi "Program File" dan tempelkan path HEX yang telah Anda salin dari Arduino IDE.
  12. Jalankan simulasi di Proteus.  

    b. Hardware[Kembali]

 Hardware :
  1. Arduino Uno
  2. PIR Sensor
  3. PH Sensor
  4. Infrared Sensor
  5. Ultrasonik Sensor
  6. Flame Sensor
  7. LED
  8. Jumper
  9. Motor Servo
  10. Buzzer

 Diagram Blok :
 

     c. Rangkaian Simulasi dan Prinsip Kerja[Kembali] 



    d. Flowchart dan Listing Program[Kembali]

Flowchart :


 

Program :

#include <Servo.h>
#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#include <DHT.h>

#define DHTPIN A3
#define DHTTYPE DHT11

int infraredPin = 6;
int ultrasonicTrigger1 = 5;
int ultrasonicEcho1 = 4;
int ultrasonicTrigger2 = 9;
int ultrasonicEcho2 = 8;
int flameSensorPin = 7;
int pirSensorPin = 3;
int servoMotor1Pin = 11;
int servoMotor2Pin = 10;
int Pin2 = 2;
int HumSensorPin = A3;

Servo servoMotor1;
Servo servoMotor2;
LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 20, 4);
DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);


void setup() {
  pinMode(infraredPin, INPUT);
  pinMode(ultrasonicTrigger1, OUTPUT);
  pinMode(ultrasonicEcho1, INPUT);
  pinMode(ultrasonicTrigger2, OUTPUT);
  pinMode(ultrasonicEcho2, INPUT);
  pinMode(flameSensorPin, INPUT);
  pinMode(pirSensorPin, INPUT);
  pinMode(servoMotor1Pin, OUTPUT);
  pinMode(servoMotor2Pin, OUTPUT);
  pinMode(Pin2, OUTPUT);

  lcd.begin(20, 4);
  lcd.init();
  lcd.backlight();
  delay(10);

  servoMotor1.attach(servoMotor1Pin);
  servoMotor2.attach(servoMotor2Pin);
  dht.begin();
  Serial.begin(9600);

 
}

void loop() {
  // Ultrasonic Sensor 1 (50% level)
  long duration1, distance1;
  digitalWrite(ultrasonicTrigger1, LOW);
  delayMicroseconds(2);
  digitalWrite(ultrasonicTrigger1, HIGH);
  delayMicroseconds(10);
  digitalWrite(ultrasonicTrigger1, LOW);
  duration1 = pulseIn(ultrasonicEcho1, HIGH);
  distance1 = duration1 * 0.034 / 2;

  // Ultrasonic Sensor 2 (100% level)
  long duration2, distance2;
  digitalWrite(ultrasonicTrigger2, LOW);
  delayMicroseconds(2);
  digitalWrite(ultrasonicTrigger2, HIGH);
  delayMicroseconds(10);
  digitalWrite(ultrasonicTrigger2, LOW);
  duration2 = pulseIn(ultrasonicEcho2, HIGH);
  distance2 = duration2 * 0.034 / 2;
  Serial.print("distance 1 = "); // Fix: Use Serial instead of serial
  Serial.println(distance1);
  Serial.print("distance 2 = "); // Fix: Use Serial instead of serial
  Serial.println(distance2);
    // Infrared
  if (digitalRead(infraredPin) == LOW) {
    servoMotor1.write(0); // Motor servo di posisi 0 derajat
  } else {
    servoMotor1.write(90); // Motor servo di posisi 90 derajat
  }
  int statusapi = digitalRead(flameSensorPin);
  // Ultrasonic sensor
  if (digitalRead(pirSensorPin) == LOW) {
    if ((distance1 < 70.0 && distance2 < 70.0) || (statusapi == HIGH)){
     servoMotor2.write(90); // Motor servo 2 bergerak ke posisi 90 derajat
   }
      else {
      servoMotor2.write(0); //

  }
  }
  else if ((digitalRead(pirSensorPin) == HIGH)){
    servoMotor2.write(0); // Kembalikan servo ke posisi awal
  }

  // Flame sensor
  if (digitalRead(flameSensorPin) == HIGH) {
    digitalWrite(Pin2, HIGH);
  } else {
    digitalWrite(Pin2, LOW);
  }

  float humidity = dht.readHumidity(); // Membaca nilai kelembaban dari sensor DHT11
 

  lcd.clear();
  // Tampilan LCD
  // Flamesensor, PIR Sensor, dan Infrared Sensor logika 0

  if (digitalRead(flameSensorPin) == LOW && digitalRead(pirSensorPin) == LOW && digitalRead(infraredPin) == HIGH){
    lcd.setCursor(0,0);
    lcd.print("Silahkan buang");
    lcd.setCursor(0,1);
    lcd.print("sampah anda...");
    delay(1000);
    lcd.clear();
    lcd.setCursor(0,0);
    lcd.print("Terima kasih");
    lcd.setCursor(0,1);
    lcd.print("telah membuang");
    lcd.setCursor(0,2);
    lcd.print("sampah pada");
    lcd.setCursor(0,3);
    lcd.print("tempatnya");
    delay(500);  
  }
  else if (digitalRead(flameSensorPin) == LOW && digitalRead(pirSensorPin) == LOW && digitalRead(infraredPin) == LOW) {
    // Ultrasonic Sensor 1 (50% level)
    if (distance1 < 70.0 && distance2 > 70.0) {
      lcd.setCursor(0, 0);
      lcd.print("Kelembaban: ");
      lcd.print(humidity);
      lcd.print("%");
      lcd.setCursor(0, 1);
      lcd.print("Volume: >= 50%      ");
      delay(100);
    } else if (distance1 > 70.0 && distance2 > 70.0){
      lcd.setCursor(0, 0);
      lcd.print("Kelembaban: ");
      lcd.print(humidity);
      lcd.print("%");
      lcd.setCursor(0, 1);
      lcd.print("Volume: < 50%      ");
      delay(100);
    } else if (distance1 < 70.0 && distance2 < 70.0){
      lcd.clear();
      lcd.setCursor(0,0);
      lcd.print("Volume: 100%");
      lcd.setCursor(0,1);
      lcd.print("Sampah");
      lcd.setCursor(0,2);
      lcd.print("dipadatkan");
      lcd.setCursor(0,3);
      lcd.print("Harap tunggu...");
      delay(100);
    } else {
      lcd.setCursor(0, 0);
      lcd.print("Kelembaban: ");
      lcd.print(humidity);
      lcd.print("%");
      lcd.setCursor(0,1);
      lcd.print("Volume: Error   ");
      delay(100);
    }
  }
  // Flamesensor logika 1
  else if (digitalRead(flameSensorPin) == HIGH) {
    lcd.clear();
    lcd.setCursor(0, 1);
    lcd.print("Awas Ada Kebakaran");
  }

}

    e. Video Simulasi[Kembali]

 

    f. Download File[Kembali]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  BAHAN PRESENTASI MATA KULIAH ELEKTRONIKA Nama: Vigo Danovan Saputra NIM: 2110951023 kelas: Elektronika C Dosen Pengampu ; Darwison,M.T Ref...